Archive for Februari, 2011

Februari 18, 2011

Pengalaman Ngentot Vita Teman Adikku

Vita kutemui ketika mengantar dan menghadiri wisuda adikku, Feby si bungsu di sebuah universitas terkenal di Bandung. Ketika itu aku berperan menjadi sopir keluarga karena harus mengantar jemput keluarga yang datang dari Sumatra. Si bungsu ini adalah cewek terakhir di keluargaku yang menjadi sarjana. Dalam usia 21 tahun, dengan otaknya yang encer ia menjadi sarjana tercepat di keluargaku.

Eh bukan mau cerita tentang Feby nih, tetapi temannya, si Vita mojang geulis yang wajahnya Bandung banget itu. Mereka sama-sama wisuda, meski dari jurusan yang berbeda. Feby di HI, sedang Vita di Ekonomi. Pendek cerita, usai mengantar Feby adikku dan orang tua dari Medan ke arena wisuda, tiba tiba datang perintah dari Feby.

“Bang, please, darurat nih, tolong jemput temanku Vita di Salon XX, udah jam segini bokap nyokapnya belum nyampe. Ntar nggak dapat tempat duduk lagi..” katanya dengan wajah memelas.
“OK, putri duyung, yang dekat PLN itu kan? Ah, gimana aku bisa tahu wajahnya?”
“Yang paling cantik di salon dan pakai kebaya krem, itu sudah pasti Vita! Jangan coba merayu, ntar aku kasih tahu kakak di rumah lho..”
“OK bawel..” Meski macet, cuma 5 menit kemudian aku telah mencapai salon tempat Vita menunggu. Wah, itu dia, pikirku melihat cewek pakai kebaya krem tengah memijit- mijit ponsel. Sialan si Feby, nomor HP-nya tidak diberi kepadaku. Begitu dekat aku langsung menyapanya.
“Vita ya?”
“Hmm.. Bang John ya, sorry nih merepotkan, bokap masih jauh di jalan Bang..”
“Oh, nggak pa-pa Vin, santai aja, lagian kan dekat..”

Aku membukakan pintu Taft bututku dan dengan sedikit kesulitan dia naik. Tubuhnya dibalut kebaya, benar-benar seksi. Kututup pintu dan pelan pelan aku jalankan mobil. Aku bisa memperkirakan Vita tingginya 167 cm, beratnya sekitar 50-51 kg. Dengan model kebaya yang dadanya agak tinggi, payudaranya pasti berkisar 36B. Usianya pastilah masih seumur dengan adikku Feby, 21 atau 22 tahun. Bandingkan dengan aku yang sudah 35 tahun. Lho buat apa lagi dibandingkan, maksudku ini adalah cewek tipeku.

“Bang, Kakak nggak ikut?”
“Kakak siapa Vin?” tanyaku berlagak bego.
“Kakak istri Abang..” Buset, kapan dia kenalan sama bini gue ya, pikirku.
“Oh, ada di rumah Vin, eh di sekolah antar si kecil..” Alamak, kok jadi grogi gini gue.
“Beberapa kali Vita ke rumah ama Feby, Abang selalu di luar kota..”
“Hehehe.. Biasalah Vin, cari sesuap nasi ama segenggam berlian..”
“Hihihi.. Si Abang bisa aja..”
“Hmm.. Kamu udah ada yang dampingi nih di wisuda nanti..?” tanyaku.
“Belom nih Bang.. Cariin dong..”
“Ah, masak cewek secakep kamu nggak ada yang dampingi..”

Aku mulai memasang jerat. Benar saja, wajahnya langsung bersemu merah. Aku tahu bahwa Vita ini adalah tipe cewek yang ramah, sedikit cerdas tetapi sialnya dia juga termasuk grup penggoda, hehehe..

“Terus, ntar mau kerja atau lanjut nih Vin?” tanyaku basa basi agar tidak terlalu ketahuan sedang menebar jerat.
“Bokap bilang sih lanjut ke Amrik, gue sih masih pengen main dulu Bang..”
“Lho disuruh sekolah kok malah main.. belum puas main sama teman teman..?”
“Iya nih Bang, cowok gue belum tamat hahaha..”
“Lho tadi bilangnya belum ada pendamping..?”

Karena keasyikan mengobrol, kami tahu-tahu sudah sampai di gerbang masuk. Feby melambai-lambai dan kemudian mendekat.

“Hi Vin, ngobrol apa sama Abang gue? Hati hati lo, gue kurang percaya tuh sama Abang gue..” Ah, sialan si Feby menjelekkanku lagi.
“Ah, nggak kok Vin.. Lagian kalau gue dirayu juga berarti gue emang cantik, hihihi..”

Aku tinggalkan mereka menuju tempat parkir. Buset dah, benar-benar nasib seorang sopir, habis mengantar penumpang eh tamu masih juga harus keringatan mencari tempat parkir. Tapi karena habis ngobrol sama cewek keren lelahnya tidak terasa juga. Hmm.. Vita, aku suka lihat wajahnya, bodinya alamak. Kulitnya yang putih bersih tampaknya dirawat dengan baik. Semasa kuliah dulu aku suka mengatakan bahwa cewek-cewek seperti Vita ini Bandung sekali atau Jawa sekali sesuai dengan asalnya. Aku sih, Sumatra sekali, hehehe. Menurut istriku aku tidak ganteng-ganteng amat, yang ganteng mah si Mamat, hehehe.. Memang istriku sekarang bukan yang pertama tapi yang terakhir juga bukan.

Usai wisuda aku masih harus mengantar adikku Feby, orang tua, istri dan kedua anakku ke restoran Sunda untuk merayakan hari bahagia si bungsu bawel itu. Ketika tiba di parkiran, Feby mengangsurkan ponselnya dengan berbisik. Barangkali takut dilihat oleh istriku.

“Bang, sini nih, Vita mau ngomong.. Awas jangan rayu-rayu ya..” ujarnya.
“Halo.. Vita ya.. Selamat ya Vin, sampai tadi lupa ngucapin selamat, hehe..”
“Makasih Bang, makasih banget lo jemputannya.. Hmm.. Ntar kapan-kapan, Abang Vita undang datang ya..” Kubayangkan Vita dengan senyum manisnya. Dia mau ngundang aku dan keluarga atau aku sendiri ya, pikirku agak surprise. Ah, gue yakin dia ngundang aku sendiri nih! Gak papa-lah ge-er dikit.
“OK deh, sayang..” Uppss, baru kenal gue bilang apa tadi?
“Sayang nih.. Ntar ditimpuk sama bini loh Bang..”
“Hehehe.. Nice to meet you Vin, salam sama keluarga ya..” kataku, yang ini agak keras agar Feby nggak curiga. Sedang istriku sibuk bermain dengan kedua anakku, jadi nggak perlu kuatir. Ah, sial lagi.. Aku tidak sempat mencatat nomor HP-nya. Tapi toh nanti malam masih bisa lihat di ponsel Feby kok, pikirku mulai keluar isengnya. Dua minggu setelah acara wisuda tersebut tiba tiba aku menerima SMS.

“Bang, lagi di mana nih.. Ada acara nggak? Vita” Hah? Gak salah nih, pikirku. Dengan pura pura menahan diri, 5 menit kemudian baru aku jawab dengan menelepon langsung. Tengsin dong SMS balik.
“Hai Vin, apa kabar? Aku lagi di Jakarta nih.. Lagi makan nih ama teman-teman di..” kataku menyebut suatu tempat di Plaza Senayan.
“Nah, itu dia.. Vita juga lagi di Jakarta nih Bang, lagi boring..”
“Lho.. Aku pikir jadi ke Amrik” kataku sekenanya.
“Males Bang, Vita lagi di tempat sodara nih.. Abang kapan pulang Bandung?”
“Lusa.. Kamu?”
“Iya, boleh dong kita pulang bareng.. Vita naik kereta Bang” Buset dah, benar kan kata gue, Vita tipe penggoda.
“Hmm.. Gimana ya..” kataku sok ragu, padahal udah pengen banget.
“Kita lihat nanti ya, Vin. Ntar sore Abang telepon kamu. Eh, Feby tahu nggak kamu ada di Jakarta?”
“Nggak Bang, mau Vita kasih tahu sama Feby dan istri Abang?”
“Haha.. Bukan gitu maksudku, ok deh ntar jam 5 sore Abang telepon kepastiannya ya..” kataku bersorak.

Memang kalau rejeki nggak bakal lari ke mana-mana. Cepat-cepat aku bereskann tugasku di Jakarta. Sebetulnya sore ini juga sudah selesai tapi teman-teman di Jakarta seperti biasa suka mengajak main bilyar dan karaoke. Jadi sorry friends, kali ini aku ada urusan penting, mesti cabut. Jam 5 sore aku telepon Vita. Aku bertanya dia sedang apa, kalau boring mengapa tidak jalan-jalan bersama saudara atau teman-temannya.

“Abang ada acara nggak ntar malam? Ajakin Vita nonton dong?” Katanya dari seberang sana.
“Ok Vin, gue takut macet, gimana kalau kita ketemuan di 21?”

Pendek cerita, Vita dengan jeans ketat dan T-shirtnya aku temui di 21. Dia sudah beli tiket untuk berdua. Mentang-mentang kaya, tiket saja dibelikan olehnya. Aku tidak ingat apa judulnya. Yang jelas begitu masuk gedung bioskop, aku gandeng tangan Vita seperti yang diinginkannya. Vita memulai sinyal dengan mengatakan sedang boring, ingin jalan dan sebagianya.

Kubelai rambutnya dan seperti sudah kuduga, dia merebahkan bahunya sepanjang film berputar. Tak ada penolakan ketika jemariku menyusup ke balik T-shirt dan branya. Semua lancar. Ia melenguh ketika kupelintir putingnya dan kuelus perutnya. Ketika jemariku menyusup ke sela-sela pahanya, ia berbisik..

“Jangan di sini Bang..”

Itu sudah sesuai dengan harapanku dan harapannya. Aku juga sudah tegang sekali ketika keluar dari gedung bioskop. Di dalam mobil, seperti harimau kehausan kami berciuman dengan gairah. Aku suka suara lenguhnya, kepasrahannya ketika kusedot putingnya dan jariku menelusup ke celah-celah memeknya yang sudah basah sekali. Tubuh Vita bergetar. Aku ingin membuatnya menjadi wanita yang sesungguhnya ketika berhubungan intim.

“Vita, Abang pengen jilat memek kamu sayang..”
“Hmm.. terus Bang, Vita udah nggak tahann..”

Bulu-bulu halus memeknya kusibak, kelentitnya yang sudah mengeras sungguh nikmat dikulum. Aromanya sungguh harum dan bentuknya tampak terawat. Tubuhnya sampai bergetar getar menahan nikmat. Tangannya aku arahkan meremas kontolku. Tetapi ternyata dia lebih suka blow job. Pada saat yang sama aku tidak menyia-nyiakan kesempatan meremas dadanya yang montok. Apa boleh buat, di mobil yang sempit ini harus terjadi pergumulan yang menggairahkan. Aku pastikan tidak ada manusia yang melihat kegaduhan nikmat ini. Jangan sampai kepergok Satpam karena bisa malu.

Sedotan lidahnya sungguh membuatku melayang jauh. Tanganku tak henti meremas payudaranya yang indah dengan puting kecoklatan yang sudah mengeras. Pada saat lain aku pelintir dan sedot putingnya hingga membuatnya semakin basah. Karena di depan terlau sempit, aku mengajaknya pindah ke jok belakang. Vita dengan tak sabar melepas celana dalam hitamnya. Aku sungguh terangsang melihat wanita dengan CD hitam, sepertinya Vita tahu selera seksku, heheh..

Tampaknya Vita adalah tipe cewek blowjob mania karena ia terus saja mengoral batangku. Kupikir hobinya ini sejalan dengan hobiku mengoral memek cewek. Kuberi isyarat agar ia mengambil posisi 69 dengan aku di bawah. Vita mengangguk lemah. Aku suka melihat matanya yang sayu. Gila, memek si Vita memang OK, masih kelihatan garis vertikalnya dengan kelentit yang sungguh imut dan mengeras. Segera kuremas pantatnya dan kujilat perlahan paha dalamnya sebelum memasuki area memeknya. Vita melenguh hingga aku makin terangsang dengan suaranya yang sendu.

“Ouhh.. Please Johnn.. Kamu apain memekku say, enak bangett!”
“Hmm..” hanya suara itu yang keluar dari mulutku sambil menyeruput cairan memeknya yang mulai banjir. Sementara jemari Vita yang halus masih menggenggam kontolku
“Say.. Vita nggak tahan.. Vita mau keluar sayang.. Terus terus.. Isep kacangku.. Ahh!”

Aku memang selalu ingin memuaskan cewek-cewek yang making love denganku. Menurutku ini adalah salah satu rahasia cewek-cewek selalu ketagihan ngentot denganku. Perlakukanlah wanita dengan gentle, jangan egois. Mereka adalah makhluk yang butuh perhatian dan belaian. Jangan bersikap bodoh meninggalkan mereka meraung-raung karena tak terpuaskan. Ada saat tertentu kapan kita membuat mereka tak bisa berhenti. Vita akhirnya mencapai orgasme. Ia terduduk lemah namun tangannya masih menggenggam batangku yang masih ngaceng dan berdenyut-denyut.

“Makasih ya Bang, Abang sungguh laki-laki yang baik! Sekarang Vita pengen memuaskan Abang..” Nah lo, benar kan kataku, jika puas wanita sebetulnya tidak egois.
“Iya Vita cantik, kamu istirahat dulu.. Gak usah terburu-buru, kita masih punya waktu sampai besok kan?”
“Ih, Abang nakal..” katanya sambil meremas kontolku.
“Sekarang Vita pengen lagi Bang.. Pengen dimasukin sama kontol Abang..”
“Tapi kamu kan masih perawan Say..?”
“Lho kok Abang tahu sih?”
“Kan Abang sudah periksa tadi, hehehe..”
“Ihh.. Nakal deh.. Vita jadi malu..” katanya manja.
“Vin, Abang sayang kamu, tetapi untuk memerawani kamu Abang sungguh nggak tega..”
“Tapi kan Vita yang mau.. Please Bang.. Vita rela”
“Vin, kalau dengan oral saja kamu bisa orgasme, ngapain harus sampai berdarah?”

Yang benar benar tidak kuduga, Vita menangis. Wah, kacau deh.. Tapi aku tidak ingin bicara lagi. Perlahan kukecup bibirnya, kuhapus airmatanya dan benar pemirsa eh pembaca, gairahnya mulai naik kembali. Segera dikulumnya kontolku. Hmm.. Enak sekali. Dan aku kembali mengajaknya ke posisi VW (Vosisi Wenakk), favoritku mengerjai memek cewek dari belakang alias posisi 69. Aku berkonsentrasi agar kali ini spermaku dapat muncrat di mulutnya. Tipe cewek pehobi blowjob adalah penyelesaian akhir harus di mulutnya. Kusedot kelentit Vita dengan lembut tetapi kuat dan itu cukup membuatnya makin menguatkan sedotannya pada kontolku. Memek Vita memang beraroma perawan, cairannya sungguh kental dan aku senang menelannya. Kontolku berkedut-kedut seakan mau muncrat, tetapi kutahan. Aku ingin kali ini aku dan Vita mencapai orgasme bersamaan.

“Ohh.. Johnn.. Fuck me please, pengen keluar say.. Ouhh..” teriaknya.

Itu adalah pertanda bahwa kurang dari 1 menit lagi dia akan mengalami orgasme. Jadi sebetulnya orgasme bisa diukur alias terukur. Kupercepat sedotanku pada kedelai Vita yang memerah sambil tanganku berusaha meraih payudara dan putingnya. Kuremas untuk memberi extra kenikmatan padanya.

“Auhh.. Johnn.. Vita keluar.. Ahh.. Ahh..” lenguhnya panjang.

Dan seperti yang kuperhitungkan akhirnya aku juga mengeluarkan pejuku dan muncrat ke wajahnya. Dapat kurasakan mulut Vita menyeruput kontolku dengan cepat. Aku sampai kehabisan kata-kata untuk melukiskan bagaimana perasaan nikmatku! Kupeluk Vita dan kubelai rambutnya, sambil say thanks! Aku tahu bahwa Vita bakal ketagihan. Aku sebenarnya ingin menceritakan lanjutan perjalanan yang menggairahkanku ke Bandung dengan Vita. Seluruh sensasi yang aku dan Vita dapatkan.

Ternyata Vita juga menyukai ngentot sambil berdiri. Di beberapa lokasi kami terpaksa berhenti mencari tempat rimbun pepohonan. Vita segera menyender di batang pohon dan dengan nafas terengah-engah melepaskan celananya. Posisi yang menggairahkan. Dengan berjongkok aku isep memeknya yang cepat basah itu. Kadang ia menungging dan aku sedot itilnya dari belakang. Aku juga mencapai orgasme dengan menggosok-gosok memeknya dengan batangku. Percaya atau tidak bahwa Vita masih tetap perawan sampai akhirnya dia berangkat ke Wisconsin, USA untuk melanjutkan studi. Sekarang aku masih merindukannya. Ia masih sering merngirim SMS dengan untaian kata kata, jilat, jilat dan jilat say. Entahlah, apakah masih ada cewek yang seperti dia di antara pembaca, i do hope!

Februari 18, 2011

Ngentot Memek Ibu-Ibu Arisan

Arisan ibu-ibu selalu saja memiliki gosip yang berbagai ragam. Mulai dari gosip berlian, gosip hutan piutang, bahkan gosip seks. Kali ini aku terkejut sekali, ketika seorang teman membisikkan padaku, kalau Ibu Wira itu, suka rumput muda. Justru yang dia sukai adalah laki- laki belasan tahun. Rasany aku kurang percaya. Ap ia? Bu Wira yang sudah berusia lebih 50 tahunmasih doyan laki-laki belasan tahun?

“Woalaaah…Bu Tuty masya enggak percaya sih?” kata Bu Lina lagi. Aku sudah janda hampir 10 tahun, sejak perkawinan suamiku dengann istri mudanya. Aku tak nuntut apa-apa, keculi Julius putra tunggalku harus bersamaku dan rumah yang kami benagun bersama, menjadi milikku. Aku sakit hati sekali sebenarnya. Justru perkawinan suamiku, karena katanya aku tidak bisa melahirkan lagi, sejak peranakanku diangkat, ketika aku dinyatakan terkena tumor rahim. Suamiku mengakui, kalau permainan seksku masih sangat Ok. Dalam usia 37 tahun, aku masih keliahatan cantik dan seksi.

“Lihat tuh, Bu Tuty. Matanya asyik melirik anak bu Tuty terus tuh,” kata Bu Salmah tetanggaku itu. Kini aku jadi agak percaya, ketika aku melihat dengan jelas, Bu Wira mengedipkan matanya ke putra tunggalku Julius. Rasanya aku mau marah, kenapa Bu Wira mau mengincar putraku yang masih berusia hampir 15 tahun berkisar 12 hari lagi.

Sepulang dari arisan, aku sengaja mendatangi tetangga yang lain dan secara lembut menceritakan apa yang diceritakan Bu Salmah kepadaku. Tetanggaku itu tertawa cekikikan. Dari ceritanya, suami bu Wira sudah tak sanggup lagi, bahkan suaminya sudah tahu kelakuannya itu. Bu Wira memang suka burung muda, kata mereka. Bahkan putra tetanggaku titu pernah digarap oleh Bu Wira. Karean malu ribut- ribut, lagi pula anaknya yang sudah berusia 18 tahun dibiarkan saja.

“Laki-laki kan enggak apa-apa bu. Kalau anak perempuan, mungkin perawannya bisa hilang. Kalau anak laki-laki, siapa tahu perjakanya hilang,” kata tetanggaku pula. Bulu kudukku berdiri, mendengarkan celoteh tetanggaku itu. Aku kurang puas denga dua informasi itu. Aku bertandang lagi ke tetanggaku yang lain masih di kompleks perumahan …..(Dirahasiakan) Indah. Tetangku itu juga mengatakan, kalau itu soal biasa sekarang ini. Malamnya aku ngobrol-ngobrol dengan putraku Julius. Julius mengatakan, kalau Tante Wira sudah mengodanya. Bahkan sekali pernah menyalaminya dan mempermainkan jari telunjuknya di telapak tangan putraku. Pernah sekali juga, kata putraku, Tante Wira mengelus burung putraku dari balik celananya, waktu putraku bermain ke rumah Tante Wira.

Aku sangat terkejut sekali mendengar pengakuan putraku Julius menceritakan tingkah laku Bu Wira. Tapi tetanggaku mengatakan, itu sudah rahasia umum, dan kini masalah itu sudah biasa. Bahkan tetanggaku mengajakku untuk berburu burung muda bersama-sama.

Malamnya aku tak bisa tidur. AKu sangat takut, kalau putraku akan menjadi korban dari ibu-ibu di kompleks itu. Sudah sampai begitu? Semua sudah menjadi rahasia umum dan tak perlu dipermasalahkan? Lamat-lamat aku memperhatikan putraku. Trnyata dia memang ganteng seperti ayahnya. Persis fotocopy ayahnya. Walau masih 15 tahun, tubuhnya tinggi dan atletis, sebagai seorang pemain basket. Gila juga pikirku.

Rasa takutku marah-marah kepada Bu Wira, karean aku juga mungkin pernah dia lihat berselingkuh dengan teman sekantorku. Mungkin itu akan jadi senjatanya untuk menyerangku kembali, pikirku. Hingga aku harus menjaga anak laki-lakiku yang tunggal, Julius.

Ketika Julius pergi naik sepeda mootr untuk membeli sesuatu keperluan sekolahnya, aku memasuki kamarnya. Aku melihat majalah- majalah porno luar negeri terletak di atas mejanya. Ketika aku menghidupkan VCD, aku terkejut pula, melihat film porno yang terputar. Dalam hatiku, aku haru semnyelamatkan putraku yang tunggal ini.

Februari 18, 2011

Terjebak Nikmatnya Ngentot

Namaku Nina, saat ini aku sedang kuliah semester akhir di salah satu perguruan tinggi swasta di kota Bandung. Saat kejadian itu menimpaku, aku sedang duduk di semester dua. Sebenarnya seluruh keluargaku tinggal di kota Jakarta, dan mereka agak keberatan jika aku harus kuliah di luar kota, tapi saat itu aku sudah bertekad untuk belajar hidup mandiri hingga akhirnya mereka mengijinkan aku untuk melanjutkan studi di kota tersebut. cerita ngentot terjebak nikmatnya ngentot.

Di Bandung aku tinggal di sebuah kos putri yang letaknya tidak begitu jauh dari kampusku. Aku tinggal bersama seorang temanku yang aku kenal di kampus. Namanya Lenny, dia gadis berdarah Sunda asli. Padahal dia bisa saja tinggal di rumahnya yang juga berada di kota Bandung, tapi menurutnya dia ingin lebih bisa berkonsentrasi dengan kuliahnya, jadi dia memutuskan untuk tinggal di kos bersamaku.

Lenny adalah gadis yang sangat pintar dan juga sopan, begitu sopannya sampai-sampai dia tidak pernah mengenakan pakaian yang seksi atau sedikit terbuka saat bepergian atau berangkat kuliah, padahal menurutku wajah Lenny sangat cantik, rambutnya panjang dan hitam dengan kulit tubuh yang putih mulus, layaknya gadis gadis Sunda pada umumnya, sementara postur tubuhnya juga sangat bagus dan proporsional, pinggangnya ramping didukung oleh kedua belah kakinya yang jenjang, apalagi Lenny juga memiliki payudara yang besar, mungkin dua kali lebih besar daripada buah dadaku. Pokoknya, jika saja Lenny mau berdandan dan sedikit mengubah penampilannya, dia bisa menjadi salah satu gadis tercantik di tempat kuliahku.

Untuk memenuhi kebutuhanku agar tidak terlalu mengandalkan uang kiriman dari orang tuaku, aku memutuskan untuk kuliah sambil bekerja paruh waktu di salah satu club billiard yang cukup besar dan eksklusif di kota Bandung. Aku bekerja menjadi salah seorang penjaga meja, sekaligus merangkap pramusaji di club tersebut, kadang kadang aku merasa sangat lelah dan letih, apalagi jika aku harus terpaksa pulang larut malam dari tempat kerja. Tapi tidak apalah, yang penting aku bisa mempunyai cukup uang dan dapat memenuhi kebutuhanku sendiri tanpa harus mengandalkan kiriman uang dari orang tuaku, lagipula aku sudah bertekad untuk belajar hidup mandiri.

Singkat cerita, hari itu aku sedang bingung, karena besok adalah hari terakhir waktu pembayaran uang semester, padahal kiriman dari orang tua belum juga sampai ke rekeningku, dan saat gajianku masih seminggu lagi, sementara uang tabunganku sudah habis untuk keperluan dan biaya hidupku sehari-hari hingga sore itu aku benar benar pusing memikirkannya. Akhirnya, kuberanikan diri untuk meminjam uang ke club tempat aku bekerja, tapi perusahaan tidak dapat mengabulkan permohonanku dengan alasan saat itu tidak ada dana yang tersedia karena seluruh uang yang ada sudah disetorkan ke pemiliknya.

Malam itu, dengan perasaan sedih dan bingung, aku berkemas untuk pulang kembali ke kosku. Saat itu jam kerjaku memang telah selesai. Aku berjalan lunglai dari ruangan karyawan, bingung memikirkan nasibku besok, saat kulihat Lenny sudah menungguku di ruang tunggu

“Gimana Nin? Dapat pinjaman uangnya?” tanya Lenny.
“Nggak bisa Len.. Nggak apa-apa deh, besok gua minta keringanan aja dari kampus” ujarku dengan nada lemas.
“Elu sendiri, dari mana.? Tumben mampir ke sini?” tambahku sambil melihat ke arah jam tanganku, saat itu sudah hampir jam sepuluh malam, tidak biasanya Lenny berani keluar malam-malam, pikirku heran.
“Gua abis dari mall di depan, ngecek ATM, siapa tahu kiriman gua udah sampai, buat nalangin bayaran elu, tapi ternyata belum sampai..” ujar Lenny dengan nada menyesal.
“Thanks banget untuk usaha lu Len.” ujarku sambil mengajaknya pulang.

Kami berdua berjalan melewati ruangan billiard. Saat itu di sana masih ada empat orang tamu yang sedang bermain ditemani oleh manajerku, mereka adalah teman-teman dari pemilik club tersebut, jadi walaupun club tersebut sudah tutup, mereka tetap dapat bebas bermain. Aku sempat berpamitan dengan mereka sebelum aku kembali berjalan menuju pintu keluar saat tiba-tiba salah seorang dari mereka memanggilku..

“Nin.., Temenin kita main dong..!” serunya.
“Kita taruhan. Berani nggak?” tambah temannya sambil melambaikan tangannya ke arahku.

Aku tertegun sejenak sambil menatap bengong ke arah mereka. Rupanya mereka sedang berjudi, dan mereka mengajakku untuk bergabung. Wah, boleh juga nih. Siapa tahu menang.., pikirku.

“Taruhannya apa? Saya lagi tidak bawa uang banyak..!” seruku, sementara kulihat Pak Dicky manajerku, berjalan menghampiriku.
“Gampang.., kalau kamu bisa menang, satu game kami bayar lima ratus ribu, tapi kalau kamu kalah, nggak perlu bayar, kamu cuma harus buka baju aja, kita main sepuluh game.. Setuju?” seru salah seorang dari mereka.

Aku terkesiap mendengar tantangannya, kulirik Lenny yang saat itu sudah berada di depan pintu keluar, dia tampak menggelengkan kepalanya, sambil memberi tanda kepadaku, agar aku cepat-cepat meninggalkan club tersebut.

“Brengsek! Nggak mau..!” ujarku sambil membalikkan tubuhku. Bisa-bisa aku telanjang kalau dalam sepuluh game itu aku kalah terus, pikirku dengan sebal. Tapi tiba-tiba langkahku terhenti saat tangan manajerku menahan pundakku.
“Terima aja Nin, kamu kan lagi butuh uang, lagipula mereka nggak begitu jago kok..!” ujar manajerku berusaha membujuk.
“Tapi Pak..!” jawabku dengan nada bingung, sebenarnya aku mulai tertarik untuk memenuhi tantangan mereka, dengan harapan aku bisa memenangkan seluruh game, lagipula aku benar benar membutuhkan uang tersebut.
“Sudahlah.! Kalau kamu bersedia nanti saya kasih tambahan uang, lagipula nggak enak menolak tamu-tamu bos..” ujarnya sambil terus membujukku.
“Oke.. Tapi kalau saya kalah terus gimana?” tanyaku kepada mereka.
“Tenang aja, kamu hanya lepas baju aja kok! Kami janji nggak akan berbuat macam macam..!” seru orang yang berada paling dekat denganku.
“Baik.. Tapi janji.. Tidak akan macam macam!” jawabku memastikan perkataan mereka, sementara Lenny langsung berjalan menghampiriku.
“Lu udah gila apa Nin..! Gua ngga setuju!” serunya dengan nada marah.
“Tenang aja Len, elu duduk aja di sana, nungguin gua..! Oke?” ujarku sambil menunjuk ke arah sofa yang berada di pojok ruangan.
“Tapi Nin?” ujar Lenny dengan wajah ketakutan.
“Udah, nggak apa-apa, elu nggak perlu takut..” sanggahku sambil tersenyum menenangkan hatinya, akhirnya Lenny pun berjalan dan duduk di sofa tersebut.

Sudah lima game berjalan, aku menang dua kali dan kalah tiga kali, membuat aku harus menanggalkan jaket, blouse dan celana panjang yang kukenakan hingga saat itu hanya tersisa bra dan celana dalam saja yang masih melekat di tubuhku. Jangan sampai kalah lagi, ujarku dalam hati, dua kali lagi aku kalah, maka aku akan benar-benar bugil. Pikiranku mulai panik, sementara di pojok ruangan, Lenny sudah tampak mulai resah melihat keadaanku.

Tapi naas. Udara dingin dari AC di ruangan tersebut membuat aku sulit untuk berkonsentrasi sehingga aku kembali kalah pada game keenam, membuat mereka langsung bersorak riuh, memintaku untuk segera menanggalkan bra yang kukenakan. Aku sudah hampir menangis saat itu, tapi mereka terus memaksaku, maka dengan perasaan berat dan malu, akhirnya kulepaskan juga bra yang melekat di tubuhku, membuat buah dadaku langsung mencuat dan terbuka di hadapan mata mereka yang tampak melotot saat memandang tubuh telanjangku.

“Sudah.. Sudah, kita berhenti saja, saya menyerah!” seruku memelas sambil berusaha menutupi tubuh bagian atasku, saat itu aku sudah merasa sangat malu dan tidak lagi berminat untuk meneruskan taruhan itu.
“Nggak bisa..! Perjanjiannya kan sampai kamu telanjang, baru permainannya selesai..!” protes lawan mainku, akhirnya aku hanya bisa menuruti kemauannya.
“Buka.. Buka..!” sorak mereka saat pada game berikutnya aku kembali kalah dan harus melepas celana dalamku.
“Sudah.. Kita batalkan saja taruhannya..!” jeritku sambil meraih pakaianku dan berlari menjauhi mereka, tapi salah seorang dari mereka dengan sigap menubrukku dari belakang, membuatku terhempas di atas meja billiard dengan posisi menelungkup dan laki-laki itu menindihku dari atas.
“Lepaskan..!” teriakku kaget sambil meronta dengan sekuat tenaga, tapi laki laki itu terus menindihku dengan kuat, membuat aku benar benar tidak bisa bergerak sama sekali, akhirnya aku terkulai lemah tak berdaya sambil terus menangis.
“Pak dicky..! Tolong saya Pak..!” jeritku sambil menyapukan pandangan mencari manajerku.

Betapa terkejutnya aku saat kulihat Pak Dicky sedang mendekap tubuh Lenny sambil tangannya berusaha melucuti pakaian yang melekat di tubuhnya dibantu oleh tiga orang temannya. Bersamaan dengan itu kurasakan sesuatu mendesak masuk ke dalam liang kemaluanku. Rupanya saat itu laki-laki yang berada di atas tubuhku, sudah akan memperkosaku. Dia menyelipkan batang penisnya dari sela-sela celana dalam yang kukenakan dan terus menekannya dengan keras, membuat batang kemaluannya makin terhunjam masuk melewati bibir vaginaku.

“Jangan.. Ouh..!!” jeritku sambil berusaha menahan pahanya dengan kedua tanganku, tapi batang kemaluannya terus melesak masuk, sehingga akhirnya benar-benar terbenam seluruhnya di dalam liang vaginaku.
“Jangan keluar di dalam, Pak..!” gumamku pelan sambil menahan tubuhku yang berguncang saat laki-laki itu mulai memompaku.
“Oke.. Uh.. Ssh.. Kamu cantik Nina..!” ceracau laki laki itu saat mulai bergerak di dalam tubuhku.
“Ouh.. Hh..!” desahku lirih.

Aku memejamkan mataku, merasakan getaran yang mulai menjalari seluruh tubuhku, saat pemerkosaku menghentakkan tubuhnya dengan makin cepat, membuat aku mulai terangsang saat itu, dan tanpa sadar aku pun ikut menggerakkan pinggulku, berusaha mengimbangi gerakannya.

Aku memang sudah sering melakukan hubungan badan dengan pacarku sejak aku masih duduk di bangku SMU, malah kegadisanku telah terenggut oleh pacarku saat aku masih di kelas satu SMA, dan sejak saat itu kami rutin melakukan aktifitas seks, sampai akhirnya aku pergi melanjutkan studi di Bandung, dan sekarang aku kembali merasakan kenikmatan itu setelah selama satu tahun aku tidak pernah lagi bersetubuh.

“Ouh.. Shh. Ah.” desahku sambil terus menggoyangkan pinggulku.

Sementara di pojok ruangan, kulihat Lenny sedang berjuang dengan sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari keempat orang yang sedang menggumulinya. Saat itu keadaan Lenny benar benar sudah sangat berantakan, kemeja lengan panjang yang di kenakannya sudah terbuka lebar dan hampir lepas dari tubuhnya, sementara bra yang dikenakannya sudah tampak setengah terbuka hingga membuat satu payudaranya menyembul keluar.

“Jangan.. Jangan.. Lepaskan.. Tolong..!” jeritnya keras sambil berusaha meronta dan melawan dengan gigih saat seseorang dari mereka mulai mengangkat rok panjang yang dikenakan oleh Lenny.
“Jangan..! Toloong..!” jerit Lenny makin keras sambil menendang-nendangkan kedua belah kakinya saat mereka mulai menggerayangi tubuh bagian bawahnya dengan buas.
“Hentikann..! Hentikan.!” teriak Lenny putus asa sambil menangis sejadi-jadinya sementara tangannya berusaha menggapai ke arah bawah, mencoba menahan tangan-tangan yang sedang melolosi celana dalamnya, tapi gerakannya tertahan oleh tangan Pak Dicky yang saat itu terus mendekap tubuh Lenny dari belakang.

Manajerku itu terus memaksanya untuk tetap berada di dalam pangkuannya, sambil sesekali meremas dan mempermainkan puting buah dada Lenny. Beberapa saat kemudian, dua orang dari mereka mengangkat tubuh Lenny sambil merenggangkan kedua belah kakinya, sementara Pak Dicky tetap mendekap tubuh Lenny sambil mulai mengarahkan batang kemaluannya ke sela-sela bibir kemaluan temanku itu.

Saat itu keadaan Lenny sungguh sangat mengenaskan, pakaian bagian atasnya sudah terbuka dengan lebar, sementara roknya pun telah tersingkap sampai sebatas perutnya, dan aku dapat melihat jelas, saat tubuh Lenny tampak menggeliat hebat ketika kedua orang yang mengangkat tubuhnya itu mulai menurunkannya dengan perlahan, membuat batang kemaluan Pak Dicky melesak masuk ke dalam liang vaginanya.

“Ough..! Jangaan..!” jerit Lenny parau sambil meringis kesakitan ketika vaginanya mulai dijejali oleh kemaluan Pak Dicky.

Perlahan, kulihat batang kemaluan itu terus melesak masuk sampai akhirnya lenyap dan terbenam seluruhnya di dalam liang rahim Lenny, saat itu tubuh Lenny benar-benar telah menyatu dengan tubuh Pak Dicky. Dan Lenny tampak mengerang kesakitan sambil menggeliatkan tubuhnya.

“Arghh.. Sakitt.., perihh, lepaskan itu dari tubuhku..!” jerit Lenny dengan nafas yang tersengal-sengal, dia masih berusaha meronta, ketika Pak Dicky mulai bergerak di dalam tubuhnya, membuat Lenny makin menjerit-jerit kesakitan, sampai akhirnya tubuhnya terkulai lemas tak sadarkan diri di dalam dekapan Pak Dicky.

Pak Dicky masih terus memompa tubuh Lenny yang pingsan itu dengan kasar, begitu kasarnya hingga membuat tubuh temanku itu ikut berguncang dengan hebat. Buah dadanya yang besar tampak menggeletar dan terlempar kesana kemari saat tubuhnya bergerak naik turun, sementara saat itu aku pun masih terus digarap oleh laki-laki yang sedang memperkosaku, sampai akhirnya tubuhku menegang dengan keras.

“Ohh..!” aku mendesah keras saat telah mencapai orgasme, seluruh sumsum di tulangku serasa ditarik keluar ketika aku benar-benar telah mencapai puncak kenikmatan, tapi tiba-tiba aku menjadi panik luar biasa saat kurasakan penis laki-laki itu berdenyut keras di dalam liang rahimku.

“Jangan.. Jangan di dalam..! Lepaskan.. Bajingan..!” jeritku putus asa saat kurasakan cairan hangat membanjiri rongga kemaluanku. Laki-laki itu telah menyemburkan cairan spermanya di dalam liang rahimku.

Sesaat kemudian posisinya sudah digantikan oleh temannya, dan aku kembali diperkosa. Sementara di pojok ruangan, Lenny pun masih terus digarap oleh mereka, kulihat darah keperawanannya meleleh keluar dari sela-sela bibir vaginanya, bercampur dengan cairan sperma, saat seorang dari mereka mulai kembali melesakkan liang vagina Lenny dengan batang penisnya.

Malam itu, Aku dan Lenny menjadi piala bergilir, tubuh kami berdua dikerjai dan diperkosa habis-habisan oleh mereka. Siksaan itu baru berakhir saat waktu sudah menunjukkan jam empat subuh. Kulihat di depanku tertumpuk sejumlah uang pecahan seratus ribu. Kuraih uang tersebut sambil berusaha bangkit dan mengenakan seluruh pakaianku, setelah itu aku berjalan mendekati tubuh Lenny yang masih meringkuk di sudut ruangan. Saat itu dia sudah siuman dari pingsannya, dia mengerang kesakitan sambil menangis meratapi kegadisannya yang telah terenggut paksa pada malam itu. Kurangkul tubuhnya dan membantunya berjalan pulang..

Februari 17, 2011

Memek Perawanku Dijamah Pacarku

perkenalkan nama saya Lisa. saya gadis berumur 19 tahun.cerita sex saya berawal pada saat saya berada di bangku sekolah menengah pertama.saat itu saya duduk di bangku kelas 2, pada bulan februari saya bertemu dengan seorang laku-laki bernama Juda.

Juda duduk di bangku sekolah menengah atas. Kami saling jatuh cinta dan akhirnya kami memutuskan untuk menjalin hubungan.Pada awal-awal masa pacaran kami hanya melakukan oral sex, itupun aku lakukan karena aku takut kalau di kecewa dan berpaling dariku (karena sebenarnya aku tidak mau). Kami sering sekali bertengkar karena masalah yang sama yaitu karena aku selalu menolak setiap kali aku di ajak berhubungan badan.

Itu aku lakukan karena aku ingin mempertahankan keperawananku saat itu.Kejadian ini bermula saat orang tuaku pergi, karena kebiasaan kedua orang tua ku kalau pergi pasti pulangnya pagi.aku menghubungi pacarku itu, aku menyuruhnya agar ia cepat datang ke rumahq karena rumahku sedang sepi.selang 15menit kemudian dia meneleponku dan mengatakan bahwa dia sudah ada diluar pagar rumahku. aku pun mengambil kunci gembok pagar rumahku dan membukanya dengan hati-hati.

setelah pintu aku buka dengan cepat pacarku langsung lari ke arah kamarku. karena kebetulan kamarku berada di paling depan dan ada pintunya.setelah aku kembali ke kamar dia memastikan bahwa tidak akan ada celah untuk orang melihat dan masuk.Lalu dia mulai menciumi bibirku, aku pun menyambutnya dengan penuh senang hati. sambil menciumi aku dia mulai meraba-raba tubuhku. di mulai dari mengelus-ngelus pantatku, kemudian naik ke ke dua buah dadaku.Lalu dia menjatuhkan ku di atas tempat tidurku. dia terus menciumi aku dengan penuh nafsu, lalu kedua tangannya menerobos masuk ke dalam buah dadaku yang masih kencang meskipun itu tidak terlalu besar hanya sebesar satu kepalan tangan. dia mulai membuka baju tidurku dan dengan cepat ia melepaskannya dari tubuhku, dan sekarang aku sudah setengah telanjang.

lalu mulutnya turun ke buah dadaku dan dia mulai menciumi buah dadaku sambil menyedot-nyedot puting susuku yang kecil itu.tak lupa tangannya menyelinap masuk ke dalam CD ku.setelah lama ia memainkan buah dadaku, kini ia melepas baju dan celananya. tak lupa ia juga melepaskan bawahan yang masih aku pakai beserta CD yang aku kenakan.dia pun mulai mengarahkan penis nya ke dalam mulutku, lalu aku kulum dan aku jilati kepala batang kemaluannya itu.tak lama berselang lalu dia meminta ku untuk memasukkan penisnya kedalam lubang vaginaku.

namun aku menolaknya. dia terus merayu dan entah setan apa yang masuk ke dalam fikiranku saat itu lalu aku mau memasukkan penisnya ke dalam vaginaku dengan syarat dia yang harus memasukkannya.

lalu aku di tariknya ke tepi tempat tidur dan dia mencoba memasukkan kejantanannya ke dalam vagina ku. terasa sangat sakit seakan ada yang merobek vaginaku. maklum karena aku sama sekali belum pernah melakukan hubungan badan. karena melihatku kesakitan dia berhenti sejenak dan mencium bibirku.

setelah beberapa menit kemudian dia mulai memaju mundurkan batang penisnya itu ke dalam vaginaku yang masih sempit itu.tanpa tersadar aku mendesah-desah sehingga ia semakin bersemangat untuk memaju mundurkan batang kemaluannya, dan semakin cepat ia memompa,lalu dia mengeluarkan batang penisnya dan keluarlah cairan mani di atas perutku.setelah itu kami beristirahat sejenak.

pacarku meminta agar sekarang ganti aku yang berada di atas. akhirnya aku pun naik ke atas tubuhnya. aku langsung memasukkan batang penis itu kedalam vagina ku. lalu aku menaik turunkan tubuhku sambil aku menciumi pacarku itu,. tak lama kemudian rasanya tubuhku bergetar dan merasakan akan ada cairan yang keluar dari dalam vaginaku.

melihat aku seperti itu sekarang gnti pacarku yang berada di atas dan mempercepat genjotannya. Arrgggggggggggggggggggggghhhhh.. keluarlah cairan cintaku,setelah itu kami beristirahat.sesaat setelah kejadian itu pacarku merasa menyesal karena telah memerawani aku. dia takut kalau aku hamil.

Februari 17, 2011

Nikmatnya Memek Tetanggaku

Perkenalkan, namaku Andi. Aku kuliah di sebuah PTN terkenal di kotaku. Aku mempunyai tetangga perempuan yang masih bersekolah di SMU, namanya Vina. Vina adalah gadis keturunan Chinese. Ia mempunyai wajah yang manis, dan mata yang sipit terlihat indah dibalik kacamatnya. Kulitnya putih bersih, dengan bulu-bulu halus menghias lengannya. cerita ngentot

Sebenarnya aku sudah lama tertarik sama dia, karena tubuhnya yang menggairahkan sekali. Dia suka mengenakan kaos ketat dengan warna cerah. ketika kami bertemu, aku suka curi pandang lengan atasnya yang putih bersih dan ketiaknya yang gemuk dengan beberapa rambut tipis di tengahnya. Vina bertubuh agak pendek, sekitar 158 cm dan menggairahkan. Yang paling menonjol Vina tubuhnya yaitu payudaranya yang cukup montok ukurannya sekitar 34B dan pantatnya yang padat berisi. Ketika kami mengobrol dijalan aku sering memperhatikan orang-orang yang melewati kami, mereka selalu melirik ke arah payudara Vina dan pantatnya yang semontok pantat Nafa Urbach, berharap bisa meremas-remasnya.

Setiap hari Vina pulang sekitar jam 5 sore, karena ia kut les setelah pulang sekolah. Aku sedang dirumah, Vina main kerumahku setelah ia pulang dari les. Dan setiap kali Vina mengobrol selalu kugoda dan kuajak kekamarku. Namun sutau hari, karena aku dengan alasan ingin memeperlihatkan sesuatu, Vina mau juga. Dan kebetulan rumahku sedang tidak ada orang, karena mereka sedang keluar kota. Dikamarku, kutunjukkan novel terbaru “Harry Potter & The Chamber’s of Secret”, karangan J. K. Rowling. Vina selalu menanti-nanti terbitnya Novel tersebut.

Kira-kira waktu itu sekitar jam setengah delapan malam. Ketika aku bermain game di computer, Vina sedang asyik membaca buku di lantai dan membelakangiku. Ketika aku menengok kebelakang, terlihatlah pantatnya yang terbalut celana panjang. Menantang kejantananku untuk disarangkan ke dalam bongkahan pantatnya yang montok itu. Gadis itu tidak sadar kalau pantatnya sedang ku perhatikan. Rupanya memang tidak sadar kalau sedang kuperhatikan.

Baru beberapa menit kemudian Vina membalikkan badannya, aku segera mengalihkan pandanganku ke computer. Vina lalu melihat sebentar game yang sedang kumainkan, lalu ia kembali membaca lagi di lantai tepat disamping bawah kursiku. Ketika kulihat ia kembali, sungguh pemandangan yang sangat membuat keringat dinginku keluar. Kulihat payudaranya yang terbungkus bra di balik kaosnya yang rada longgar karena ukurannya yang cukup besar. Terlihat jelas sekali dari atas, bagian atas kulit payuara Vina yang putih sekali, lebih putih dari kulit lengan dan wajahnya yang sudah sangat putih. Suasana memang sepi disekitar rumahku, namun bagi penduduk sekitar cukup aman untuk dihuni.

Ketika nafsuku sudah tak tertahankan lagi. Kurangkul tubuh Vina, dan kubekap mulutnya.
“Eegghh, mmpphh.. mmphh”, Vina berusaha berteriak.
Kulumat bibirnya agar ia tidak bersuara. Sambil tanganku mengambil tali pramuka di dekatku. Lalu kuikat kedua lengannya ke belakang. Beberapa menit kemudian, rontaan Vina mulai melemah.
“Ndi. apa yang kamu lakukan”.
Vina berteriak begitu mulutnya berhasil lepas dari mulutku.

Dengan cepat, kulumat lagi mulut Vina. Kuhisap-hisap mulut dan lidahnya. kujelajahi rongga mulutnya dengan lidahku. Air liur Vina yang kuhisap, meluber keluar membasahi pipi dan sekitar bibirnya yang mungil merah merekah. Kuteguk nikmat air liur cewek Chinese itu. Belum sempat ia bersuara ketika kulepas bibirku di bibirnya, ku masukkan batang kontolku ke dalam mulutnya. Sambil kujambak rambutnya dan kumaju-mundurkan kepalanya.

“Ouuhh, mm.”, aku melenguh keenakan, di penisku.
Aku merasakan penisku basah, dan dingin di dalam mulut Vina. lalu kubopong gadis itu ke atas tempat tidurku. Setelah mengunci pintu. Aku kembali ke tempat tidurku yang cukup besar. Kutelepon Irfan, temanku untuk membantu menyetubuhi si Vina. Tak lama kemudian, temanku Irfan. Mereka senang sekali kuajak.

Setelah kuikat kedua lengan vina ke masing-masing sudut ranjang, sedangkan kedua kakinya dipegangi kedua Irfan. Kulepaskan satu persatu pakaian Vina, hingga akhirnya Vina hanya memakai Celana Dalam putih dan BH kremnya. Payudaranya menyembul di bagian atas BH-nya. Kulit payudara Vina putih sekali, kontras dengan warna BH-nya. Melihat keadaan tubuh gadis itu, nafsuku menjadi naik. Kontolku menegang, tapi aku masih bisa menahan diri. Tapi tanganku mulai meraba-raba seluruh bagian tubuh gadis itu. Pahanya yang putih mulus sekali, terasa lembut sat ku elus-elus, dan empuk saat kuremas-remas sambil kujilati hingga pahanya basah oleh air liurku.

Setelah melakukan semua itu, Aku melepaskan semua pakaianku hingga telanjang bulat dengan kondisi kontolku yang udah tegang. Tanpa membuang waktu kudekati Vina yang masih memohon agar dilepaskan. Vina berusaha memberontak Tapi dengan cepat kedekap tubuh gadis itu, dekapanku cukup kuat, Vina hanya bisa terisak-isak menangis. Gadis itu seakan tak berdaya ketika Aku mulai meremas-remas payudaranya yang lumayan besar dan kenyal itu dengan masih dibungkus BH-nya. Sambil menikmati musik house, Lama kelamaan aku menjadi tambah bernafsu, dengan kasar kutarik BH gadis itu dan kulemparkan. Di depan mataku terpampang payudara gadis itu yang putih dengan puting mungil merah muda yang indah sekali Aku meremas-remas payudara gadis Chinese itu dengan sekuat tenaga.

“Aakkhh, saakkii..iitt. Ndi, sakkii. it, ampuu..unn. Ndii”, Vina meraung-raung kesakitan.
Dadanya menempel erat kedadaku dan akupun merasa ada daging kenyal yang hangat. Aku terus melumat bibirnya, sementara tangan kananku dengan leluasa mengelus-ngelus pahanya yang mulus dan pantatnya yang kenyal. Tangan kiriku meremas-remas payudara kirinya. Kudengar lenguhan-lenguhan kenikmatan dari Vina. Aku lepaskan mulutku dan kuciumi lehernya hingga ke payudaranya, kusedot susunya yang kiri sementara tangan kananku meremas-remas yang kanan. Kutindihi tubuhnya sambil menyedot-nyedot susunya secara bergantian. Saya jilati kedua payudaranya sambil saya gigit dengan keras putingnya yang merah itu.
“Uufh, sakii..iit, oufhh, ohh, oohh saki..iit, ohh”.
Vina merintih sambil menangis sesenggukan. Sementara itu aku terusin permainan lidah aku ke arah perutnya yang rata itu, aku berhenti di bagian pusar dan konsentrasi di bagian itu sambil ngeremes bokongnya yang padat, kedua tanganku selipin ke bokongnya dan pelan-pelan aku lucuti celana dalamnya ke bawah.

Tampaklah sebuah pemandangan yang luar biasa indahnya. CD nya dan kurasakan rambut hitam yang masih jarang mengelilingi vaginanya. kuraih klitorisnya dan ku gosok-gosok dengan jari tengahku.
“Oohh, jangaann, sudaahh oufhh, jaa, ngaa, an, oohh”.
Dia merintih merasakan nikmat yang dalam karena klitorisnya kugosok sementara lidahku tetap bermain menyedot-nyedot payudaranya yang besar bulat kencang itu, seakan-akan menantang ke arahku. Kupegangi bagian bawah payudara Vina, mulutku menciumi dan mengisap-isap kedua puting susu Vina secara bergantian. Buah dada Vina yang sebelah kanan menjadi sasaran mulutku. Buah dada Vina yang gemuk itu hampir masuk semuanya ke dalam mulutku dan mulai kusedot-sedot dengan lahap.

“Aakkhh, ouughh, sakkii..iitt,”. tiba-tiba Vina berteriak keras sekali karena sebagian besar payudaranya yang masuk kedalam mulutku, aku kunyah-kunyah susu kanannya seperti mengunyah daging.
Aku merasakan ada kulit payudara Vina yang sobek, sehingga darah susunya keluar. Dan kutelan sebagian darah susu Vina yang keluar. Lidahku kumainkan pada puting susu Vina yang bereaksi menjadi keras sekali. Terasa sesak napas Vina menerima perlakuanku pada kedua buah dadanya. Badan Vina terasa makin lemas dan dari mulutnya terus mengeluarkan erangan,

“Ssshh, sshh, aahh, aahh, sshh, sshh, jangaann, suudaahh.. aku mohoonn”.
Vina terus mengerang. mulutku terus berpindah-pindah dari buah dada yang kiri, ke yang kanan, mengisap-isap dan menjilat-jilat kedua puting buah dada Vina secara bergantian selama kurang lebih lima belas menit. Tubuh Vina benar-benar telah lemas menerima perlakuanku ini. Matanya terpejam pasrah dan kedua buah dada dan putingnya telah benar-benar mengeras. Aku mulai maraba bulu-bulu halus yang tumbuh lebat di vagina Vina. Ia mulai merintih lagi menahan rangsangan pada vaginanya.

Irfan tidak tahan dengan pemandangan indah itu. Ia lalu memegang kepala Vina, kemudian melumat bibirnya yang tipis dengan bulu-bulu halus di antara bibir dan hidungnya. Mulut irfan mulai menjilati leher Vina, lalu turun ke dadanya. Terasa oleh Vina mulut Irfan menghisapi puting susunya pertama yang kiri lalu sekarang pindah ke kanan. Kemudian Vina menjerit ketika Irfan mengigit puting susunya sambil menariknya dengan giginya.
“Diem, Jangan berisik”, Irfan menampar pipi kiri Vina dengan keras, hingga berkunang-kunang.
Vina hanya bisa menangis sesenggukan.
“Gue bilang diem. dasar”, sembari berkata itu si Gondrong menampar buah dada Vina, sampai sebuah cap tangan berwarna merah terbentuk di payudara kiri Vina.

Lalu Irfan melepas celana jeansnya dan kemudian Cdnya. Irfan menduduki kedua susu Vina. Lalu ia mencoba membuka mulut Vina, dan mengarahkan kontolnya dan menggesek-gesekkan kepala penisnya di bibir Vina. Lalu ia menampar-nampar kedua pipi Vina sampai memerah. Tanpa mendapat perlawanan yang berarti dari Vina, kepala penis Irfan telah terjepit di antara kedua bibir mungil Vina, Akhirnya Mulut Vina terbuka, dengan memaksa, Irfan menarik kepalaVina akhirnya penisnya masuk juga kedalam mulut Vina. Benda itu hanya masuk bagian kepala dan sedikit batangnya saja ke dalam mulut Vina yang kecil, itupun sudah terasa penuh benar.

Vina hampir sesak nafas dibuatnya. Vina dipaksa menjilat dan menyedoti penis Irfan, jika menolak Irfan akan terus menampar pipi Vina. Karena tidak tahan Vina mulai menjilati penis Irfan.
Dia langsung mendesah pelan”Aakkhh, aakkhh.”, sambil ikut membantu Vina memaju-mundurkan penis saya di dalam mulutnya.
“Aakk, akk, nikmat sayyaangg”.
Kelihatan Vina bekerja keras, menghisap, mengulum serta mempermainkan batang itu keluar masuk ke dalam mulutnya.

Tak lama kemudian penis Irfan menyemburkan spermanya banyak sekali di dalam mulut Vina.
“Ooohh, oouuh”, Irfan melenguh panjang, merasakan nikmat berejakulasi di mulut gadis Chinese yang cantik dan putih ini.
Vina terpaksa menenggak seluruh sperma Irfan, sedangkan sisanya meluber keluar membasahi bibir dan dagunya. Vina semakin mendesah-desah karena kemaluannya kujilati dengan buasnya. Apalagi tanganku saat itu tidak lepas meremas-remas payudara gadis itu.

Kubuka lebar pahanya kudekatkan ujung kontolku ke arah selangkangan gadis itu yang masih menggunakan celana dalam. Kugesek-gesekkan kontolku di sekitar liang memek gadis itu. Vina merasakan adanya sesuatu yang meraba-raba kemaluannya. Tiba-tiba Vina teriak keras sekali. Tapi dengan cepat kedekap tubuh gadis itu. Batang kemaluanku yang besar dan panjang ini aku coba kumasukkan dengan paksa ke liang kemaluan Vina yang masih sangat sempit, Ketika penisku merobek keperawanannya, ia berteriak kesakitan sambil mengangis, dan aku merasakan penisku telah dibasahi oleh darah segar keperawanannya, tapi aku tidak ambil peduli. Dari wajah Vina terlihat dia menahan sakit yang amat sangat.

Sementara itu si Irfan dengan ganasnya beradu lidah dengan Vina sambil tangannya turut bekerja meremas dan memilin-milin puting susunya yang masih kecil. Aku masih asyik memaju-mundurkan pantatku dengan cepat. Aku mengebor memeknya dengan kecepatan tinggi sambil kedua tanganku meremas pahanya yang putih mulus dan pantatnya yang sekal, Tangisan Vina semakin keras meraung-raung. Akhirnya tubuh Vina mengejang sampai bergetar. Air mani Vina mengalir melalui rongga vaginanya mengguyur penisku yang tertanam di dalam vaginanya. Sedangkan aku masih menjilati payudaranya, dia mengalami orgasme hebat beberapa saat sampai akhirnya melemas tangisannya samar-samar menghilang.

Lalu kubalik tubuhku, sehingga posisi tubuh Vina sekarang berada diatasku. Dengan posisi berbaring, kupeluk punggung Vina sambil menaik-turunkan pantatnya sehingga aku merasa semakin nikmat karena pijitan vaginanya. Aku semakin mempercepat gerakan sehingga membuat adegan yang kami lakukan semakin panas karena Vina terus meronta sambil mendesah. Aku terus memompa liang peranakannya dari bawah, sambil kedua tanganku mencengkram dan meremas dengan kasar kedua buah bongkahan pantat Vina yang padat sekali. Tangan Irfan masih memainkan puting susu Vina sambil sesekali menarik-narik payudaranya yang kenyal itu.

Setengah jam terus berlalu dan aku mulai merasakan seolah-olah akan ada ledakan dalam diriku dan Vina. Aku mengetahui bahwa dia akan klimaks lagi karena Vina semakin kuat mendesah, kupercepat menggenjot tubuhnya. Aku semakin tidak tahan dan kusemprotkan cairan kejantananku ke dalam liang kewanitaannya dan di saat yang bersamaan pula, Vina berteriak dengan disertai getaran hebat sambil seluruh tubuhnya mengejang. Penisku terasa seperti sedang di”pipis”in olehnya karena ada cairan yang mulai membasahi penisku. Vina mengalami orgasmenya yang kedua. Setelah 46 menit kami bersama-sama melepaskan nafsu

Lalu Irfan mendekati tubuh Vina, ia menarik pinggul Vina.
“Ampun. sudaahh, jangan terusin, biarkan saya pulang” rengek Vina sambil minta belas kasihan.
“Heh.. diam kamu” hardik Irfan.
“Ayo nungging, aku mau liat memek dan pantat seksi kamu dari belakang”.
Irfan mengangkat pinggul Vina sehingga posisi Vina sekarang nungging.
“Hahaha. begitu manis. Waw.. bagus sekali pantat kamu”, sambil Irfan mendekatkan mulutnya ke memek Vina.
Dengan jari Irfan menusuk memek Vina yang menggelinjang menahan sesuatu.

Dan Irfan dengan buasnya, menjilatin anus Vina yang berwarna kemerah-merahan. sambil sesekali ujung lidah Irfan dimasukin ke lubang anus cewek chinese itu dan menjilatinya. Tanpa disadari oleh Vina. apa yang akan dilakukan Irfan selanjutnya.
Sekonyong-konyong Vina menjerit”Aauu. aauu. aakhh”.
Rupanya penis Irfan telah menembus lubang memek Vina yang sudah basah dipenuhi lendir kenikmatan dan spermaku. Dengan buasnya Irfan menggenjot terus memek Vina dari belakang (doggy style) Vina hanya bisa merasakan sakit di liang kemaluannya karena di sodok2 dengan penis Irfan yang besar dan panjang. Sambil kepala dan payudaranya terayun-ayun karena sodokan penis Irfan, Vina memohon ampun.

“Ampun, sakit sekali, aauu. sudah pak, sakit.. sakiitt”.
Vina terus memohon sambil berlinang air mata, mendapat perlakukan kasar dari Irfan. Makin lama Irfan makin keras mendorong-dorong memek Vina, dengan desisan panjang.
“Sstt. sstt. aahh”.
Irfan menahan nikmat luar biasa.
“Nich. aku mau keluar. ayo cepet goyangin pantat kamu.. plak.. plak..” sesekali Irfan menampar pantat indah milik Vina, sehingga pantat Vina mulai memerah.
“Aahh. sakiitt, huuhh. aach”.
Sambil mendorongkan penisnya, sekali hentak keluar sperma Irfan memenuhi liang vagina Vina.
“Aachh.. ccroott, crrott, gue, semprot. lobang, loe.. bangsatt”.
Irfan mengumpat. lalu Irfan menarik penisnya. darah bercampur air mani Irfan dan Vina keluar mengalir membasahi paha Vina yang masih tegak. Lalu Irfan berbaring di samping tubuh Vina yang setengah tidak sadar.

setelah istirahat sejenak nafsu kami mulai naik kembali.
“Fan coba kita main berdua”
Irfan mengambil posisi tidur sedangkan Vina didudukan diatas tubuhnya, sambil penis Irfan diarahkan ke lubang Vagina Vina. Vina dengan mimik muka memohon ampun, Irfan makin tambah beringas. Akhirnya sekali dorongan tembuslah memek Vina yang selama ini dia rawat, sekarang di koyak-koyak oleh Irfan kembali. 2 orang yang sangat kehausan sex.
“Aduuhh.. sakkiitt. sudahh. kumohoonn” Vina menjerit kesakitan.
Namun Irfan tidak mempedulikan rintihan dari mulut Vina, dia makin kasar menyodok-nyodokan penisnya sementara itu aku telah berdiri di atas mereka berdua, dan mendorongkan tubuh Vina untuk amBLi posisi membungkuk, dan dengan kasar jariku mulai meraba-raba pantat Vina yang montok putih mulus sambil mempermainkan jari tengahku untuk mengobel lubang anus Vina.

“Waw.. Rupanya anusnya masih perawan nih. lobangnya kecil banget” seruku sambil mengarahkan batang penisku ke anus Vina.
Setelah mengolesi handbody pada batang penisku agar tidak lecet, aku berusaha memasukan penisku ke lubang anus Vina.
“Vin pantat loe gue sodomi ya? pantat loe montok banget sih. Pasti jepitannya kenceng nih”, Aku berteriak kepadanya sambil meremas pantatnya yang putih sekali.
“Jangan. jangan. ampun. jangan disitu. Ndii. sakiitt. periihh” jerit dan ratapan Vina dengan nada memelas.
Tapi aku tidak mempedulikan rintihan Vina, makin keras aku memasukan batang kemaluan aku. Untuk beberapa saat memang sulit bagi penisku untuk berhasil masuk, karena memang lubangnya sangat sempit.

Namun aku penasaran untuk segera melesakkan batang kemaluanku ke dalam duburnya. Dan akhirnya setelah berusaha membuka pantat Vina, tembuslah lubang anus Vina disodok batang kemaluanku. Rasa sakit tiada tara kembali dirasakan didaerah selangkangannya. Setelah itu pantat Vinapun kusodok-sodok dengan keras, kedua tanganku meraih payudara Vina serta meremas-remasnya. Setengah jam lamnya aku menyodomi Vina, waktu yang lama bagi Vina yang semakin tersiksa itu. Lubang dubur Vina terus menerus mengeluarkan darah melalui sela-sela penisku yang tertanam dipantatnya.

“Eegghh, aakkhh, oohh”, dengan mata merem-melek serta tubuh tersodok-sodok dari atas dan bawah, Vina merintih-rintih.
Sementara itu kedua payudaranya diremas-remas oleh kedua tanganku. Sedangkan Irfan dengan asyiknya menyodok-nyodok memek Vina dari bawah. Lengkaplah sudah dua lobang yang berdekatan telah di tembus oleh dua batang penis aku dan Irfan yang haus sex. Vina hanya bisa meringis menahan sakit yang luar biasa karena selama ini ia tidak pernah menahan rasa sakit seperti itu.

“Ndi, ayo kita sudahi permainan ini bareng, loe sodok dari atas, gue sodok dari bawah dan kita koyak memek dan dubur cewek ini, dan kita penuhi dengan pejuh kita”, Irfan menyeru.
Beberapa menit kemudian kami berdua mengerang menahan nikmat yang luar bisa, dan hampir bersamaan kami memuncratkan sperma berbarengan.
“Aachh., keluuarr.. hhmm.. sstt. nikmat sekali”
“Ooohh.” Vina mengerang merasakan air mani kami membanjiri liang dubur dan vaginanya.
Setelah berhenti sejenak kami akhirnya terkulai, begitu juga Vina yang terhimpit oleh kedua pria yang telah menggaulinya hanya bisa tergolek lemas sambil menangis sesenggukan meratapi nasibnya yang malang.

Kami sempat mengabadikan persetubuhan kami melalui handycam milik Irfan. dan kami berjanji tidak akan menyebarkannya ke internet, asalkan Vina tutup mulut dan bersedia kami setubuhi. Sampai sekarang aku dan irfan masih sering menyetubuhi tubuh Vina. Kami salurkan hasrat sex kami yang besar ini dengan mengoral mulut Vina, menyodomi pantatnya, dan mengebor memeknya. Hingga sekarang kedua payudara Vina semakin besar, karena terlalu sering kami remas-remas dan kami sedoti. Ukuran branya sekarang 38B, dan puting susunya merah melebar. Setelah persetubuhan, kami selalu meminumkan pil anti Hamil ke Vina. Sampai sekarang Vina tidak merasakan gejala-gejala kehamilan.

*****

Sekian para pembaca yang setia, saya mohon maaf jika ada yang merasa dirugikan. Jika ada kritik, komentar, saran, atau pertanyaan jangan ragu mengirimkan e-mail yang tertera di paling bawah halaman ini. Saya ucapkan terima kasih kepada rekan anggota PAS Team yang sedang sibuk ikut fight against USA on cyber. Juga buat para Linuxer sejagat”Modification Moving On”. Dan khususnya bagi para pembaca setia sumbercerita.com”Let’s Ride the Girls & Make Them Cry”. Special thank’s buat pihak 17th Network, Corp. yang telah menampilkan cerita saya. Ketemu lagi di lain kesempatan.

Februari 17, 2011

Cerita Ngentot Bersama Ibu Muda Cantik

Sebut saja namaku Dandy 30 tahun, 170/65 berparas seperti kebanyakan orang pribumi dan kata orang aku orangnya manis, atletis, hidung mancung, bertubuh sexy karena memang aku suka olah raga. Aku bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan besar di kota Surabaya dan statusku married. Perlu pembaca ketahui bahwa sebelum aku bekerja di Surabaya ini, aku adalah tergolong salah satu orang yang minder dan kuper karena memang lingkungan keluarga mendidik aku sangat disiplin dalam segala hal. Dan aku bersyukur sekali karena setelah keluar dari rumah (baca:bekerja), banyak sekali kenyataan hidup yang penuh dengan “warna-warni” serta “pernah-pernik”nya.

Kisah ini berawal terjadi sebagai dampak seringnya aku main chatting di kantor di saat kerjaan lagi kosong. Mulai muda aku adalah termasuk seorang penggemar sex education, karena buat aku sex adalah sesuatu yang indah jika kita bisa menerjemahkannya dalam bentuk visualnya. Dan memang mulai SD, SMP sampai SMA hidup aku selalu dikelilingi cewek-cewek yang cakep karena memang aku bisa menjadi “panutan” buat mereka, itu terbukti dengan selalu terpilihnya aku menjadi ketua osis selama aku menempuh pendidikan.

Kembali pada ceritaku, dunia chatting adalah ‘accses’ untuk mengenal banyak wanita dengan segala status yang mereka miliki; mulai ABG, mahasiswi, ibu muda sampai wanita sebaya, di luar jam kantor. Dan mulai dari sinilah aku mulai mengenal apa itu “kehidupan sex having fun”.

Suatu hari aku chatting dengan menggunakan nickname yang menantang kaum hawa untuk pv aku, hingga masuklah seorang ibu muda yang berumur 32 tahun sebut saja namanya Via. Via yang bekerja di salah satu perusahaan swasta sebagai sekretaris dengan paras yang cantik dengan bentuk tubuh yang ideal (itu semua aku ketahui setelah Via sering kirim foto Via email aku). Kegiatan kantor aku tidak akan lengkap tanpa online sama dia setiap jam kantor dan dari sini Via sering curhat tentang kehidupan rumah tangganya. Karena kita berdua sudah sering online, Dia tidak segan-segan menceritakan kehidupan sex nya yang cenderung tidak bisa menikmati dan meraih kepuasan. Kami berdua share setiap kesempatan online atau mungkin aku sempatkan untuk call dia.

Hingga suatu hari, kami putuskan untuk jumpa darat sepulang jam kantor, aku lupa tanggal berapa tapi yang pasti hari pertemuan kami tentukan bersama hari Jum’at. Setelah menentukan dimana aku mau jemput, sepulang kantor aku langsung kendarai mobil butut starletku untuk meluncur di tempat yang janjikan. Dengan perasaan deg-deg an, sepanjang perjalanan aku berfikir secantik apakah Via yang usianya lebih tua dari aku 2 tahun. Dan pikiranku terasa semakin amburadul ketika aku bener-bener ketemu dengan Via. Wow! Aku berdecak kagum dengan kecantikan Via, tubuhnya yang sexy dengan penampilannya yang anggun membuat setiap kaum adam berdesir melihatnya. Tidak terlihat dia seorang ibu muda dengan 3 orang anak, Via adalah sosok cewek favorite aku. Mulai dari wajahnya, dadanya, pinggulnya dan alamak.. pantatnya yang sexy membuat aku menelan ludahku dalam-dalam saat membayangkan bagaimana jika aku bisa bercinta dengan Via.

Tanpa pikir panjang dan menutupi kegugupan aku. Aku memancing untuk menawarkan pergi ke salah satu motel di sudut kota (yang aku tahu dari temanku). Sepanjang perjalanan menuju hotel, jantungku berdetak kencang setiap melirik paras Via yang cantik sekali dan aku membayangkan jika aku dapat menikmati bibirnya yang tipis.. Dan sepanjang itu juga “adik kecilku” mulai bangkit dari tidurnya. Tidak lama sampailah kami di salah satu Motel, aku langsung memasukan mobilku kedalam salah satu kamar 102.

Didalam kamar aku sangat grogi sekali bertatapan dengan wajah Via..
“Met kenal Dandy,” Via membuka obrolan.
“hey Via..,” aku jawab dengan gugup.
Aku benar-benar tidak percaya dengan yang aku hadapi, seorang ibu rumah tangga yang cantik sekali, sampai sempat aku berfikir hanya suami yang bego jika tidak bisa menyayangi wanita secantik Via.
Kami berbicara hanya sekedar intermezo saja karena memang kami berdua tampak gugup saat pertemuan pertama tersebut. Sedangkan jantungku berdetak keras dibareng “adik kecilku” yang sudah meronta ingin unjuk gigi.

“Dandy meskipun kita di sini, tidak apa-apakan jika kita tidak bercinta,” kata Via.
Aku tidak menjawab sepatah katapun, dengan lembut aku gapai lengannya untuk duduk di tepi ranjang. Dengan lembut pula aku rangkul dia untuk rebahan diranjang dan tanpa terasa jantungku berdetak keras, bagaikan dikomando aku menciumi leher Via yang terlihat sanagt bersih dan putih.
“Via kamu sangat cantik sayang..,” aku berbisik.
“Dann.. jangan please..,” desahan Via membuat aku terangsang.
Lidahku semakin nakal menjelajahi leher Via yang jenjang.
“Akhh Dandy..”
Tanpa terasa tanganku mulai nakal untuk menggerayangi payudara Via yang aku rasakan mulai mengencang mengikuti jilatan lidahku dibalik telinganya.
“Ooohh.. Danddyy..”
Via mulai mengikuti rangsangan yang aku lakukan di dadanya. Aku semakin berani untuk melakukan yang lebih jauh..
“Via, aku buka jas kamu ya, biar tidak kusut..,” pintaku.

Via hanya mengikuti pergerakan tanganku untuk memreteli jasnya, sampai akhirnya dia hanya mengenakan tanktop warna hitam. Dadaku semakin naik turun, ketika pundaknya yang putih nampak dengan jelas dimukaku. Setelah jas Via terbuka, aku berusaha naik di tubuh dia, aku ciumi bibir Via yang tipis, lidahku menjelajahi bibirnya dan memburu lidah Via yang mulai terangsang dengan aktivitas aku. Tanganku yang nakal mulai menarik tanktop warna hitam dan..
Wow.. tersembul puting yang kencang.. Tanpa pikir panjang aku melepas lumatan di bibir Via untuk kemudian mulai melpeas BH dan menjilati puting Via yang berwana kecoklatan. Satu dua kali hisapan membuat puting Via berdiri dengan kencang.. sedangkan tangan kananku memilin puting Via yang lain nya.
“Ooohh Danndyy.. kamu nakal sekali sayang..,” rintih Via.
Dan saat aku mulai menegang..
“Tok.. tok.. tok.. room service.” Ahh.. sialan pikirku, menganggu saja roomboys ini. Aku meraih uang 50.000-an dikantong kemejaku dengan harapan supaya dia cepat pergi.

Setelah roomboy’s pergi, aku tidak memberikan kesempatan untuk Via bangkit dari pinggir. Parfum Via yang harum menambah gairah aku untuk semakin berani menjelajahi seluruh tubuhnya. Dengan bekal pengetahuan sex yang aku ketahui (baik dari majalah, film BF maupun obrolan-obrolan teman kantor), aku semakin berani berbuat lebih jauh dengan Via. Aku beranikan diri untuk mulai membuka CD yang digunakan Via, dan darahku mendesir saat melihat tidak ada sehelai rambutpun di bagian vagina Via. Tanpa berfikir lama, aku langsung menjilati, menghisap dan sesekali memasukkan lidahku ke dalam lubang vagina Via.

“Oohh.. Dan.. nikmat.. sayang,” Via merintih kenikmatan setiap lidahku menghujam lubang vaginanya dan sesekali menekan kepalaku untuk tidak melepaskan kenikmatan itu. Dan disaat dia sedang menikmati jilatan lidahku, telunjuk jari kiriku aku masukkan dalam lubang vagina dan aku semakin tahu jika dia lebih bisa menikmati jika diperlakukan seperti itu. Terbukti Via menggeliat dan mendesah disetiap gerakan jariku keluar masuk.
“Aakkhh Dann.. kamu memang pintar sayang..,” desah Via.
Disaat kocokkan jariku semakin cepat, Via sudah mulai memperlihatkan ciri-ciri orang yang mau orgasme dan sesat kemudian..
“Dann.. sayang.. aku nggak tahan.. oohh.. Dan.. aku mau..” visa menggelinjang hebat sambil menggapit kedua pahanya sehingga kepalaku terasa sesak dibuatnya.
“Daann.. ookkhh.. aakuu keluaarr.. crut-crut-crut.”
Via merintih panjang saat clitorisnya memuntahkan cairan kental dan bersamaan dengan itu, aku membuka mulut aku lebar-lebar, sehingga carian itu tidak ada yang menetes sedikitpun dalam mulutku.

Aku biarkan Via terlentang menikmati orgasmenya yang pertama, sambil membuka semua pakaian yang aku kenakan, aku memperhatikan Via begitu puas dengan foreplay aku tadi, itu terlihat dari raut wajahnya yang begitu berbinar-binar. Tanpa memberi waktu panjang, aku segera menghampiri tubuhnya yang masih lemas dan menarik pinggulnya dipinggir ranjang, dan tanpa pikir panjang penisku yang berukuran 19 cm dengan bentuk melengkung, langsung menghujam celah kenikmatan Via dan sontak meringis..
“Aaakhh.. Dandy..,” desah Via saat penisku melesak kedalam lubang vaginanya.
“Dandyy.. penis kamu besar sekali.. aakkh..”
Aku merasakan setiap gapitan bibir vaginanya yang begitu seret, sampai aku berfikir suami macam apa yang tidak bisa merasakan kenikmatan lubang senggama Via ini?
Aku berpacu dengan nafsu, keringatku bercucuran seperti mandi dan menetes diwajah Via yang mulai aku rasakan sangat menikmati permainan ini.
“Danddyy.. sudah.. sayang.. akhh..” sembari berteriak panjang aku rasakan denyutan bibir vagina mengapit batang penisku. Dan aku rasakan cairan hangat mulai meleleh dari vagina Via. Aku tidak mempedulikan desahan Via yang semakin menjadi, aku hanya berusaha memberikan kepuasan bercinta, yang kata Via belum pernah merasakan selama berumah tangga. Setiap gerakan maju mundur penisku, selalu membuat tubuh Via menggelinjang hebat karena memang bentuk penisku agak bengkok ke kiri.

Tiba-tiba Via mendekap tubuhku erat dan aku tahu itu tanda dia mencapai orgasme yang kedua kalinya. Penisku bergerak keluar masuk dengan cepat dan..
“Dann.. aku.. mau.. keluarr lagi.. aakk.. Kamu hebat sayang, aku.. nggak tahan..,” seiring jertian itu, aku merasakan cairan hangat meleleh disepanjang batang penisku dan aku biarkan sejenak penisku dalam vaginanya.

Sesaat kemudian aku melepas penisku dan mengarahkan ke mulut Via yang masih terlentang. Aku biarkan dia oral penisku.
“Ahh..,” sesekali aku merintih saat giginya mengenai kepala penisku. Disaat dia asik menikmati batang penisku, jariku yang nakal, mulai menelusuri dinding vagina Via yang mulai basah lagi.
“Creek.. crekk.. crek..,” bunyi jariku keluar masuk dilubang vagina Via.
“Ohh.. Dandy.. enak sekali sayang..”
1.. 2.. 3.. 4.. 5.. jariku masuk bersamaan ke lubang vagina Via. Aku kocok keluar masuk.., sampai akhirnya aku nggak tahan lagi untuk mulai memasukkan penisku, untuk menggantikan 5 jariku yang sudah “memperkosa” lubang kewanitaannya.

Dan..
“Ohh.. sayang aku keluar lagi..”
Orgasme yang ketiga diraih oleh Via dalam permainan itu dan aku langsung meneruskan inisiatif menindih tubuh Via, berkali-kali aku masukkan sampai mentok.
“Aaakhh.. sayang.. enak sekali.. ohh..,” rintih Via. Bagaikan orang mandi, keringatku kembali berkucuran, menindih Via..
“Sayang aku boleh keluarin di dalam..,” aku tanya Via.
“Jangan.. aku nggak mau, entar aku hamil,” jelas Via.
“Nggak deh sayang jangan khawatir..,” rengekku.
“Jangan Dandyy.. aku nggak mau..,” rintihan Via membuat aku semakin bernafsu untuk memberikan orgasme yang berikutnya.
“Akhh.. oohh.. Dandy.. sayang keluarin kamu sayang.. aakkhh..,” Via memintaku.
“Kamu jangan tunggu aku keluar Dandy.. please,” pinta Via.

Disaat aku mulai mencapai klimaks, Via meminta berganti posisi diatas.
“Danndy aku pengen diatas..”
Aku melepas penisku dan langsung terlentang. Via bangkit dan langsung menancapkan penisku dlam-dalam di lubang kewanitaannya.
“Akhh gila, penis kamu hebat banget Dandy asyik.. oohh.. enak..,” Via merintih sambil menggoyangkan pinggulnya.
“Aduhh enak Dandy.. ”
Goyangan pinggul Via membuat gelitikan halus di penisku..
“Via.. Via.. akh..,” aku mengerang kenikmatan saat Via menggoyang pinggulnya.
“Dandy.. aku mau keluar sayang..,” sambil merintih panjang, Via menekankan dalam-dalam tubuhnya hingga penisku “hilang” ditelan vaginanya dan bersamaan dengan itu aku sudah mulai merasakan klimaks sudah diujung kepala.
“Via.. Via.. ahh..”
Aku biarkan spermaku muncrat di dalam vagianya.
“Croot.. croot..” semburan spermaku langsung muncrat dalam lubang Via, tetapi tiba-tiba Via berdiri.
“Aakhh Dandy nakal..”
Dan Via berlari berhamburan ke kamar mandi untuk segera mencuci spermaku yang baru keluar dalam vaginanya, karena memang dia tidak menggunakan pernah menggunakan KB.

Permainan itu berakhir dengan penuh kenikmatan dalam diri kami berdua, karena baru saat bercinta denganku, dia mengalami multi orgasme yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata.
“Dandy, kapan kamu ada waktu lagi untuk lakukan ini semua sayang,” tanya Via.
Aku menjawab lirih, “Terserah Via deh, aku akan selalu sediakan waktu buatmu.”
“Makasih sayang.. kamu telah memberikan apa yang selama ini tidak aku dapatkan dari suami aku,” puji Via.
“Dann.. kamu hebat sekali dalam bercinta.. aku suka style kamu,” sekali lagi puji Via.

Pertemuan pertama ini kita akhiri dengan perasaan yang tidak bisa digambarkan dengn kata-kata, dan hanya kami berdua yang bisa rasakan itu. Aku memang termasuk orang yang selalu berusaha membuat pasanganku puas dan aku mempuyai fantasi sex yang tinggi sehingga tidak sedikit abg, mahasiswi dan ibu muda yang hubungi aku untuk sekedar membantu memberikan kepuasan buat mereka.

Februari 16, 2011

Nikmatnya Tubuh Bibiku

Pengalaman Pertama Dengan Istri Paman

Namaku Bobby. Aku sekarang udah punya istri dan punya dua anak. Terus terang, ketika pertama membuka situs ini, geli rasanya hati ini. Pertama kali aku sempat heran, kenapa kok banyak orang yang rela membuka-buka “aib” sendiri dihadapan public seperti di situs ini. Tetapi keherananku seperti terjawab dengan sendirinya. Peduli amat ahh, pikirku waktu itu. Dan, lama-kelamaan akhirnya muncul juga keinginan untuk turut bagi-bagi pengalaman tentang dunia seks yang ternyata cukup luas, unik, menarik, seronok, dan bahkan sering menjijikkan.

Pertamakali aku mengenal seks adalah saat aku duduk di kelas dua smp. Waktu itu aku tinggal bersama paman di kota Jbr, sedangkan keluargaku tinggal di kota Bwi. Beda dengan saat tinggal bersama keluargaku, di rumah paman ini aku relative bebas bergerak sesukaku, apalagi pamanku yang anggota TNI sering tidak berada dirumah sementara istrinya, Bi Supi, tidak berani melarangku.

Salah satu hobi beratku waktu itu adalah melototin TV sampai larut malam. Hingga suatu saat, ada sebuah film menarik yang sedang aku tonton, yang ternyata juga sempat membuat Bi Supi betah menontonnya hingga larut malam. Saat itu aku hanya berdua dengan Bi Supi. Maka ketika sesekali Bi Supi berkomentar, aku langsung menyahut sekenanya. Sampai suatu saat ada adegan yang agak porno dan panas, tiba-tiba Bi Supi nyeletuk: “Heh, yang ini kamu gak boleh lihat, masih kecil!” katanya sambil matanya tetap melotot ke layar TV.

Tanpa pikir panjang dan tanpa sadar bahwa Bi Supi adalah istri pamanku sendiri, waktu itu aku menyahut dengan nada agak nakal. “Udah di sunat kok Bi, tinggal nyoba pakeknya yang belum,”. Kataku.

Mungkin karena merasa risih atau sungkan, waktu itu Bi Supi hanya diam dan tidak langsung menanggapi celoteh nakalku. Entah kenapa, waktu itu aku seperti sengaja memancing agar Bi Supi mau ngomong yang jorok-jorok. Maka akupun terus berceloteh sesukaku. Dan tiba-tiba Bi Supi membuka mulutnya.

“Emang kamu ngerti yang gituan?”
“Ngerti dong. Wong nggak sulit kok!”
“Kalau ngerti ya udah!” katanya sambil melirik ke arahku.

Setelah beberapa saat kami saling terdiam, lalu aku coba membuka pembicaraan lagi. Dan kali ini aku sengaja lebih mengarah.

“Bi, katanya kalau pertama begituan rasanya sakit yah?”
“Nggak tahu!”
“Lho, waktu pertama dulu Bibi merasa gimana?”
“Lupa!”
“Kalau udah sering gituan, enak ya Bi?”
“Ahh kamu mau tahu aja!”
“Ya emang pingin tahu, Bi!” kataku sambil menahan nafas yang terasa mulai menyesakkan dada. Dan sejurus kemudian, istri paman yang masih terlihat cantik dengan tubuh yang padat berisi itu tiba-tiba menatapku tajam. Aku yang waktu itu masih kuper, hanya bisa membalasnya dengan senyum kecut, karena takut kalau-kalau dia marah dan melaporkan kelakuanku kepada paman. Tetapi, entah setan mana yang tiba-tiba datang dan sengaja menebar godaan, hingga tiba-tiba aku memberanikan diri mendekat kearah sofa tempat duduk Bi Supi.

Seperti sengaja memberiku kesempatan, waktu itu Bi Supi hanya diam saja ketika tangannya aku pegang-pegang. Dan aku yang mulai tak terkendali, terasa semakin berani melangkah lebih jauh. “Jangan Bob! Aku ini Bibimu!,” rintihnya ketika tanganku mulai menelusup masuk kebalik baju dasternya yang longgar.

“Bi, ayo Bi. Aku ingin sekali merasakan!” rengekku.
Dan, Ouuw, tanpa banyak ba-bi-bu lagi, tangan Bi Supi langsung meraih selangkanganku, meremas kemaluanku dengan lembut sambil matanya sedikit terpejam. Lalu aku balas dengan meremas buah dadanya yang masih kenyal dan menggemaskan. Dan setelah aku berhasil melucuti daster Bi Supi, ganti dia yang dengan cekatan menarik resluiting celanaku, lalu menariknya hingga aku telangjang.

Bi Supi langsung jongkok di hadapanku. Lalu dengan lahapnya dia melumat kemaluanku sampai seluruh bagian diselangkanganku. Aku hanya bisa merem-melek dibuatnya. “Ouuhhg, terus Bi, terusss Bi.!” Kataku seperti melayang-layang terbuai kenikmatan.
Setelah puas melumat alat vitalku, Bi Supi lalu berdiri persis dihadapanku sambil menyorongkan vaginanya ke mukaku. Tanpa merasa jijik, akupun menjilati lobang vagina Bi Supi yang sudah mulai basah. “Oughh Bob, teruss Bob.. terussss,.. achhhh,!” celotehnya sambil terus menekan-nekan vaginanya ke arah mulutku…

“Teruss Bob, bibi hampirrrr, ooughh…!” erangnya sambil mendekapkan kepalaku kearah selangkangannya. Dan tiba-tiba Bi Supi menorongku hingga aku rebah di Sofa. Lalu dia menindihku, sementara tangan kirinya menuntun kemaluanku ke lobang Vaginanya. “OOuuugghhh… SSsttttss!!” rintihnya ketika kemaluanku sudah terjepit di selangkangannya. Bi Supi yang nampak mulai hilang kesadarannya itu, mulai menggoyangkan tubuhnya. Matanya terpejam, sedangkan dari bibirnya terus mendesis seperti ular kobra yang hendak mematukkan bisanya. “OOOuuuugghhhhhh…….Aku kellluuuaarrrr BBoooobb,!!” Jeritnya tertahan, sementara tanganya mendekapku erat-erat. Lalu dia menggolosoh di sampingku.

“Bi, aku belummm,!” bisikku ketelinganya.
Lalu, Bibi menarikku keatas tubuhnya yang sudah basah oleh keringat. Sambil tetap memejamkan matanya, Bi Supi meraih kemaluanku dan menuntunnya masuk ke lobang memeknya yang sudah basah kuyup. “Ayo Bob,.. “ katanya lirih… Dan, “OOuugghhh,… SSsttssss, achhhhhh,.. Biiii,!!”.. Spermaku pun muncrat dengan deras setelah lima belas menit lamanya aku menggesek-gesekkan kemaluanku dalam lobang vaginanya….

Sejak kejadian malam itu, aku merasa seperti orang yang ditakdirkan menjadi keponakan yang paling kurang ajar terhadap pamannya sendiri. Sebab, hampir setiap saat ketika paman tidak ada dirumah, akulah yang menggantikan paman untuk memuaskan nafsu birahi bibiku. Dan kapanpun bibi mau, di kamar, di rang tamu, di dapur ataupun di kamar mandi, aku selalu dapat memuaskan nafsu bibiku…..

Februari 16, 2011

Cerita Ngentot Ananda

Kisah ini terjadi, ketika aku masih di bangku kuliah beberapa tahun yang lalu dan pada akhirnya kuliahku juga berhenti di tengah jalan karena kesibukanku dengan grup band yang aku bentuk.
Pagi itu seperti kebiasaan aku sebelum masuk ruang kuliah, selalu menyempatkan diri untuk menikmati makanan di cafetaria kampus yang suasananya cukup asri dengan keberadaan taman di samping cafetaria kampus itu sendiri. Diantara beberapa mahasiswa yang sedang menikmati makanan, aku sempat terpaku oleh sosok yang sebelumnya belum pernah aku lihat di kampus.

Penampilannya cukup membuatku terpesona, dengan tank top warna merah di padu dengan blue jeans skirt setinggi lutut menjadikan dia juga patut untuk menjadi pusat perhatian semua cowok yang ada di cafetaria. Setelah memesan makanan dan minuman, aku melangkahkan kakiku menuju meja yang ada di luar ruangan cafetaria yang posisinya menghadap langsung ke arah taman kampus.

Pagi itu kebetulan aku seorang diri, nggak seperti hari-hari biasa yang selalu datang bersama teman-teman dekatku yang sekaligus juga teman di grup bandku. Dengan santai aku duduk sambil menikmati segelas coklat hangat dan sepotong pancake nanas kesukaanku.

Di tengah asyiknya aku menikmati makanan, tiba-tiba telah berdiri temanku yang bernama Dina dan seorang yang telah membuatku terpaku sebelumnya.

“Maaf Diet.. Boleh nggak kita gabung duduknya?” tanya Dina sambil tersenyum.
“Oh.. Kamu Din..!” ujarku spontan.
“Boleh-boleh… Lagian aku sendirian kok” sahuntuku meyakinkan.
“Tumben nih cafetari rame, sampai nggak ada satupun meja kosong” Kata Dina menambahkan.
“Kamu juga tumben Diet makan sendirian, biasanya khan sama grup band kamu?” kata Dina lagi.
“Iya nih Din.. Kebetulan ada kelas pagi jadinya aku berangkat lebih awal deh” jelasku sesaat setelah Dina dan temannya duduk.
“Oh iya Diet, kenalin ini anak baru di kampus kita” Dengan ramah Dina memperkenalkan temannya.
“Ananda… Ini Adietya teman kita juga, yang kebetulan juga dia vokalis di grup band di kampus kita ini” Dina memperkenalkan aku kepada Ananda secara panjang lebar.
“Dan dia ini Diet, mahasiswa pindahan dari Jakarta yang mengikuti orangtuanya karena pindah tugas” Jelas Dina kepadaku.
“Namanya Ananda aprilia putri, yang mempunyai hobby dengerin musik juga” sahut Dina lagi.

Yang di perkenalkan cuman tersenyum manis aja. Dengan ramah aku tersenyum kepada Ananda, sambil menyodorkan tanganku.

“Adietya!” kataku pendek.
“Ananda!” dengan senyum manis dia menerima uluran tanganku.

Tangannya halus banget saat aku menggenggamnya lembut, apalagi di lengannya di tumbuhi bulu-bulu halus yang sangat kontras dengan warna kulitnya yang mulus.

Dari jarak yang lumayan dekat aku bisa menikmati pesona kecantikan Ananda yang begitu menawan, Ananda mempunyai rambut yang cukup tebal dan hitam yang panjangnya di bawah bahunya sedikit. Bibirnya sensual dan selalu basah alami tanpa olesan lipstik. Pandanganku sesaat turun ke arah lehernya yang jenjang dan berakhir di kedua tonjolan di dadanya yang aku taksir ukurannya 36B.

Sampai di sini aku sempat menelan ludah sesaat, betapa ranumnya buah dada Ananda yang menuruntuku begitu menggairahkan kalau di remas nan lembut dan putingnya di jilatin dengan gerakan erotis. Khayalanku buyar bersama teguran dari Dina mengingatkan kalau aku masih menggenggam tangan Ananda.

“Sudah dong Diet.. Lepasin tangan Ananda” tegurnya mengingatkan.
“Maaf.. Yah Ananda” kataku polos.
“Tangan kamu halus banget sih” kataku menambahkan.
“Tangan atau, kamu yang terpesona oleh kecantikannya” sindir Dina.

Aku hanya tersenyum mendengar Dina mengatakan itu. Sejujurnya aku memang mengagumi pesona Ananda yang kayaknya bakal jadi bunga kampus nantinya.

Seminggu setelah pertemuanku dengan Ananda di cafetaria. Aku bertemu kembali dengannya tapi bukan di kampus seperti saat itu. Ananda datang bersama kedua orang tuanya untuk menikmati makam malam di salah satu cafe yang cukup terkenal di kota itu. Dan kebetulan aku bersama teman-temanku bermain musik akustik di cafe itu setiap 3 kali seminggu.

Malam itu Ananda mengenakan gaun warna hitam yang membuat penampilannya sangat berbeda dengan saat dia ada di kampus. Gaun malam yang panjang dan modelnya sedikit sexy dibagian dadanya membuat Ananda tampil begitu anggun malam itu. Saat itu Ananda belum menyadari kalau yang ada di atas panggung adalah diriku.

“Selamat datang dan selamat menikmati suguhan musik akustik dari kami, semoga makan malam anda cukup berkesan bersama orang-orang yang anda cintai” Sambutanku kepada semua pengunjung cafe.

Setelah aku menyanyikan beberapa lagu dan mendapat sambutan yang cukup meriah dari pengunjung malam itu. Dengan mantap, kembali aku menyampaikan pesan khusus.

“Lagu ini akan saya persembahkan buat pengunjung yang ada di meja nomer 5, yaitu Ananda bersama kedua orang tuanya dan semoga makan malamnya berkesan dengan hadirnya lagu ini” sahuntuku spontan.

Seketika pandangan Ananda bersama kedua orang tuanya tertuju ke panggung. Dengan sopan aku menganggukan kepala kepada mereka, sambil tersenyum ramah. Ananda sempat terpaku, ketika melihat diriku tersenyum dari atas panggung.

Setelah melewati moment sesaat yang merupakan kejutan dariku. Perlahan aku mulai menyanyikan lagu lembut yang pernah dibawakan oleh Rod stewart” Have I told you lately”. Pandanganku beradu dengan pandangan Ananda yang sedang serius menatapku dari mejanya, ketika di awal lagu sambil tersenyum aku memandangnya lembut.

“Have I told you lately that I love you..” bunyi lirik di awal lagu itu.

Dengan penghayatan aku menyanyikan lagu itu yang secara tidak sengaja terinspirasi oleh kedatangan Ananda di cafe malam itu. Setelah selesai aku menyanyikan lagu itu, bersamaan juga saat aku bersama grupku mendapat kesempatan untuk break di session pertama. Di saat break aku pergunakan waktu yang ada untuk menemui Ananda bersama ke dua orang tuanya.

“Selamat malam Om, Tante dan juga Ananda” tegurku sopan.
“Perkenalkan nama saya Adietya, teman Ananda satu kampus” dengan ramah dan sopan aku memperkenalkan diri di hadapan kedua orang tua Ananda.

Yang juga disambut dengan ramah oleh kedua orang tua Ananda.

“Pa, Ma, Ini teman Ananda yang pernah Ananda ceritakan sebelumnya” terang Ananda kemudian.

Dalam hati sempat aku bertanya, apakah yang telah di ceritakan Ananda kepada kedua orang tuanya tentang diriku. Setelah berkenalan dengan kedua orang tuanya dan terlibat obrolan yang panjang, akhirnya aku tahu kalau Ananda adalah anak semata wayang di keluarganya.

Tak mengherankan jika, kalau Ananda mendapatkan kasih sayang secara penuh baik dari papanya dan juga Mamanya. Itu terlihat dari kesehariannya yang riang dan lincah saat dia berada di kampus. Setelah tiba waktu buat aku dan teman-teman untuk main di session kedua, dengan sopan aku berpamitan kepada kedua orangtuanya dan juga Ananda.

Suasana cafe malam itu sangat special buat diriku, karena kedatangan orang yang sering aku khayalkan setiap saat di tempat yang tidak pernah aku duga sebelumnya. Menjelang setengah sebelas, aku menyudahi penampilan malam itu lewat lagu”Cinta Sejati” Milik ari lasso.

Ketika selesai acara, aku pamit kepada teman-teman band, kalau aku ingin menemui Ananda dan kedua orang tuanya. Sesampainya di meja Ananda, dan ngobrol sesaat, kedua orang tuanya berpamitan ingin pulang karena sudah mulai di hinggapi rasa kantuk.

“Pa, Ma, Ananda boleh pulangnya belakangan?” tanya Ananda kepada kedua orang tuanya.
“Ananda masih pingin ngobrol dengan Adiet nih bolehkan?” rajuknya manja.
“Baiklah, asal nanti pulangnya Adietya yang nganterin!” tegas papanya.
“Baik Om.. Terima kasih atas kepercayaan yang Om berikan”jawabku kemudian.
“Makasih pa, Ma..” teriaknya sambil mencium pipi Papa dan Mamanya.

Setelah kepergian Papa dan Mamanya, kembali kita melanjuntukan obrolan yang tertunda sesaat. Ketika waktu menunjukan pukul 23.30 aku mengatakan kepada Ananda.

“Ananda sebaiknya kita pulang yah” kataku pelan.
“Sudah malam nih, ntar Papa dan Mama kamu gelisah menunggumu” terangku lagi.
“Baiklah kalau menurut kamu begitu” jawab Ananda kemudian.

Yang tak lama aku bergegas menyetop taxi yang sedang lewat di depan kita. Di dalam taxi aku terdiam sambil melamunkan kejadian yang barusan aku alami. Betapa beruntung aku bisa duduk berduaan di dalam taxi dengan seorang gadis cantik yang begitu banyak di dambakan oleh setiap cowok yang ada di kampus.

“Diet kenapa diam?” tanya Ananda membuyarkan lamunanku.
“Oh.. Eh”jawabku gugup.
“Aku nggak pernah membayangkan kalau aku bisa sedekat ini dengan dirimu” jelasku setelah bisa menguasai keadaan.
“Maksud kamu?”tanya Ananda lagi.
“Kamu tahu khan, kalau di kampus banyak cowok yang menaksir kamu” terangku kemudian.
“Diet, kalaupun banyak cowok yang mengejar-ngejar aku, aku punya hak juga khan buat menolak?” tanyanya lagi.

Aku hanya terdiam mendengar penjelasannya, sambil tersenyum lembut menatapnya.

“Aku sudah banyak menceritakan tentang dirimu kepada Papa dan Mama, makanya mereka percaya kalau aku pulangnya bersama kamu” terang Ananda meyakinkan aku.

Di kepala masih teringat saat aku memperkenalkan diri di hadapan Papa dan Mamanya, ketika break time tadi yang Ananda bilang pernah menceritakan aku sebelumnya.

“Diet, sejak awal perkenalan di cafetaria, hatiku sempat berdetak entah kenapa” terangnya kemudian.
“Aku juga selalu berhayal tentang dirimu” jelasnya lagi.
“Banyak cerita di kampus yang mengatakan, kalau kamu orangnya cukup lembut setiap menghadapi cewek” tambahnya lagi.
“Semua itu benar adanya, apalagi dengan kamu memberikan sebuah lagu romantis buat diriku saat malam tadi” dengan lembut Ananda mengatakan itu.
“Papa dan Mama sempat memuji, kalau kamu orangnya bisa menghargai seorang wanita” terangnya lagi.

Terharu aku mendengar semua penjelasan dari Ananda yang ternyata selama ini dia bersimpati terhadap diriku. Taxi yang kita tumpangi melintasi sebuah jalan yang lampu penerang jalannya agak redup. Dengan keberanian di tengah keremangan, aku memeluk Ananda mendekat dan mengecup bibirnya yang ranum.

“Sudah lama aku mendambakan kamu Ananda” bisikku mesra di telinganya.

Ananda hanya tersenyum manis mendengar bisikanku, sambil meremas mesra tanganku. Tak lama berselang taxi telah sampai di depan sebuah rumah besar yang di halamannya ada sebuah taman dan balai-balai kecil di pojok rumah.